Tangisku jatuh tanpa gema,
seperti hujan di kota yang lupa caranya basah.
Aku menadah, tapi yang datang hanya genggaman kosong,
imbalanku hanya mata yang perih dan lebam.
Jika luka bisa ditukar dengan iba,
mungkin aku sudah menukar diri sejak lama.
Tapi hidup tak menerima air mata sebagai mata uang,
jadi aku berhenti mengharapkan cahaya di ujung lorong.
Bagi wanita yang bukan siapapun bagi siapa-siapa,
tidak banyak-banyak bermimpi adalah cara terbaik bertahan hidup.
0 comments:
Post a Comment