Jika mereka bisa membeli surga,
maka tidak akan ada lagi dinding yang membatasi kesemena-menaan mereka.
Mereka akan mencabut pagar-pagar kematian,
dan menanam koin emas di lubang-lubang pengakuan dosa.
Di meja makan mereka, kemiskinan disajikan seperti lauk dingin,
sementara kesedihan digulung dalam roti mewah yang tidak pernah basi.
Sebab, bagi mereka, manusia hanyalah angka dalam laporan laba,
dan ampunan adalah diskon besar yang datang setiap hari raya.
Aku melihat cara mereka mencetak Tuhan dari mesin uang,
membasuh rasa bersalah dengan derma berbau kemegahan.
Mereka pikir langit bisa disuap dengan pilar-pilar marmer,
dan bahwa air mata orang kecil hanyalah selokan yang harus dikeringkan.
Tetapi, apa yang abadi dari keangkuhan?
Saat tubuh mereka rapuh, tak ada kuitansi yang bisa menukar waktu.
0 comments:
Post a Comment