Recent Posts

Monday, April 9, 2018

Arina Galak Sekali


Kenapa Tuhan tetap memberi kebahagiaan pada orang yang jahat? Kenapa hidup mereka dan keturunannya tidak terus menerus sengsara saja?
.
“Pfft, pasti dipikirnya dia istimewa karena lagi laku, jijik banget!” lagi-lagi sindiran. Laku, katanya. Seolah-oleh aku barang yang dipajang untuk dijual di toko.

“Kamu menang lomba? Aku sih bingungnya kenapa kamu bisa teriak segitu kenceng kayak monyet di hutan,” begitu katanya di waktu lain. Aku yang tadinya bangga, malah berubah menjadi malu. Kenangan yang buatku bagus, malah berubah jadi busuk.
Begitulah dia dan teman-temannya. Suka berkerumun, mengobrol sambil menyindir, membuat orang merasa terasing.

Dia dan teman-temannya tidak suka aku. Orang yang lain tahu, melihat, tapi diam saja dan ikut mengasingkan. Mungkin mereka takut mengulurkan tangannya. Takut tertular.
Begitulah realitanya. Sepanjang di sekolah aku menghadapi remaja-remaja yang tidak menganggapku teman. Diberi peran sebagai pohon saat drama. Diminta menari di depan orang-orang, walaupun aku tidak bisa
Aku bukan satu-satunya. Ada beberapa anak lain  yang juga diperlakukan dengan buruk. Sering dicaci maki karena bentuk kepala yang aneh, kacamata yang tebal, atau muka yang berjerawat.
Mungkin beginilah tantangan yang dialami semua orang yang tumbuh dewasa. Aku juga tidak yakin.

Pulang ke rumah, yang kudapat juga ayah-ibu yang berteriak atau saling memukul. Jadi aku harus lari kemana?
.
.
Kukira saat lulus dari sekolah ini akhirnya aku lepas dari mereka. Tapi tidak. Mereka datang ke rumahku dengan alasan ‘silaturahmi’.
Ibuku mengira mereka teman-temanku. Ibuku senang karena dia pikir luka hatiku akan menjadi lebih ringan dengan kedatangan orang-orang itu. Dan aku ingat sekali, bagaimana ibuku memasak makanan sampai lelah, untuk mereka yang memberi neraka padaku setiap hari.
Aku sempat bingung tentang tujuan mereka datang ke rumahku. Tapi akhirnya aku tahu. Mereka mau mencemooh keluargaku yang hancur berantakan. Mereka mau bergunjing lagi tentang hidupku yang jauh dari kesempurnaan. Mereka berfoto, dan aku akan diletakkan di belakang.

Begitulah. Dari mereka aku belajar apa itu teman. Dari orang-orang jahat aku belajar untuk memiliki lingkaran yang sempit dan kecil. Dari pengalaman buruk yang mereka berikan aku belajar membalas dendam.
.
.
Kenapa Tuhan tetap membiarkan orang jahat hidup biasa saja tanpa setiap detiknya memikirkan dampak perbuatan mereka pada orang lain? Kenapa Tuhan membiarkan orang jahat dan mereka yang hanya menonton hidup bebas tanpa perlu meminta maaf?
.
Arina galak sekali, begitu katanya. Iya aku tahu. Tapi apa kamu tahu kalau kamu buruk semuanya, terutama hatimu?

0 comments: