Recent Posts

Showing posts with label Indonesian. Show all posts
Showing posts with label Indonesian. Show all posts

Sunday, April 21, 2024

Never Before, Never Since


Aku memandangi air muka adikku. Telah mengenalnya sejak ia lahir ke bumi ini, mudah sekali kubaca isi pikirannya. Ia ingin pergi dari sini-- dari aku, ibuku, dan situasi sulit yang datang dengan keberadaan kami. Entah sejak kapan status kami berubah dari 'kekuatan' menjadi 'beban' baginya.

Itu tidak apa. Ingin pergi memutus hubungan dari orang yang menyulitkanmu adalah sebuah hal yang manusiawi. Aku memahaminya. Yang aku tidak mengerti, kenapa ia tidak bisa membaca sendiri apa yang sesungguhnya diinginkannya. Yang aku tidak mengerti, kenapa ia uring-uringan seolah-olah ia satu-satunya orang yang tidak bisa membaca isi hati terdalamnya.

Aku paham: adikku hanya ingin bahagia. Ia hanya ingin hidup bergelimang harta dan jauh dari kewajiban mengurusi hidupku dan ibukku. Menurutku itu sesuatu yang wajar-- mengingat seberapa sulit hari-hari yang harus dijalaninya di samping kami.

Meski begitu, aku berharap semoga adikku memahami kesedihanku. Membayangkan seorang adik yang berbagi gen denganku akan pergi jauh-- hidup dan bertumbuh -- ke suatu tempat yang mungkin akan membuat jalan kami (dan keturunan kami) tidak pernah bersilangan lagi.

"Aku pergi dulu, kak," katanya dari depan pintu kamar yang tertutup.

"Oke! Jangan lupa bawa bekal yang sudah kusediakan buatmu," jawabku lirih.

Tuesday, March 14, 2023

Bersilangan Tetapi Gagal Bertautan

 

Part 1

Mustahil, desis John dalam hati. Ia segera menundukkan wajah dan memalingkan pandangannya. Dengan cermat, ia berusaha senatural mungkin menyembunyikan mukanya—sekuat tenaga agar istri yang duduk di depannya tidak menyadari kepanikan yang kian mengusik dirinya.

Di sisi lain, John takut perempuan cantik yang baru saja melintasi pintu masuk mal itu beradu pandang dengannya. Takut kalau-kalau, sekali lagi dalam hidup mereka, jalan mereka bersilangan. Takut kalau-kalau perempuan itu masuk lagi dan mengacak-acak kehidupannya yang sudah baik. Sudah stabil.

Hari itu Senin pagi. John dan istrinya memutuskan untuk sarapan di kafe favorit mereka di lobi barat mal Gandaria City. Besok sudah masuk hari pertama bulan Ramadan, dan istri John pikir akan menyenangkan menghabiskan Senin tanggal merah ini berkuliner sembari window shopping di mal. "Pas puasa pasti aku mageran, deh, kalo kamu ajak kencan," katanya.

Tetapi John tidak pernah menyangka dia akan muncul di tempat yang sama. Seperti hantu di siang bolong. Seperti petir di hari yang cerah.


Kafe itu berada persis di sebelah kanan pintu masuk lobi barat, dengan dinding yang sepenuhnya terbuat dari kaca, memungkinkan John melihat lalu lalang orang keluar-masuk dari pintu mal dengan mudah. Sialnya, hari itu John memilih duduk di sofa di tengah-tengah kafe yang menghadap ke arah pintu masuk. Oleh sebab itulah, mulai sejak perempuan itu turun dari mobil di depan lobi, John langsung menyadari keberadaannya.

John memang pernah mendengar selewatan dari beberapa kawan SMA-nya bahwa perempuan itu sekarang ada di Jakarta. Namun, tidak pernah terbersit di kepala John bahwa mereka akan berpapasan seperti ini.

Gila. Luas Jakarta lebih dari 600 kilometer persegi. Di dalamnya ada lebih dari 10 juta jiwa. Ada hampir 100 mal yang beroperasi di Jakarta dan hampir sepertiga ada di Jakarta Selatan. Bagaimana mungkin aku dan dia ada di tempat yang sama di waktu yang sama seperti ini? John bergumam tidak habis pikir.

Friday, April 30, 2021

Obsesimu

 


Kamu tidak mungkin melupakanku. Aku gadis pertamamu.

Yang pertama kau genggam tangannya. Yang pertama kau rangkul pundaknya.

.

Aku ciuman pertamamu.

Yang pertama mendebarkan jantungmu. Yang pertama mendengarkan rahasiamu.

.

Jangan hindari aku. Aku tau kamu masih memimpikan aku. Aku tau terkadang kamu merindukanku.

.

Ayo datang berlari ke arahku. Akan aku tunjukan padamu,

Segenggam cinta yang kamu harap telah kamu miliki dari dulu.

.

Jangan berharap kamu bisa menggantikanku.

Tidak ada gadis lain yang bisa mengungguli aku.

Saat inipun, dalam hatimu, kamu tau, aku dewimu.

Wednesday, July 29, 2020

Sendiri

Kenapa hari ini
rasanya sendiri sekali?

Besar berat kotornya
dipikul dalam sepi.

Monday, July 20, 2020

Antagonis

Bibir merah marun,
Hati penuh dendam,
Pikiran diracuni kebencian.

Tapi tidak selalu begini.

Parut yang didapat sembari melangkah pergi
Dan kenangan buruk yang sulit dihapus sendiri
Membuat harapan baik melapuk.

Di ujung hari, hanya antagonis yang diadili.
Yang lain luput. Enggan mengerti.

.

Versi lainnya (dalam bahasa Inggris) :

God, why was I not built less broken? If I didn’t  have too many flaws, I wouldn't be excluded. Maybe I would be invited to parties, had lots of friends, not be left out to sit alone and judged. Maybe I would grow happier, more proud, more optimistic. Maybe my heart wouldn’t hurt this much, and my wall wouldn’t be this high.
Or is all this because I was evil? Is it because I deserved to be ostracized and grew alone?

Monday, April 9, 2018

Arina Galak Sekali


Kenapa Tuhan tetap memberi kebahagiaan pada orang yang jahat? Kenapa hidup mereka dan keturunannya tidak terus menerus sengsara saja?
.
“Pfft, pasti dipikirnya dia istimewa karena lagi laku, jijik banget!” lagi-lagi sindiran. Laku, katanya. Seolah-oleh aku barang yang dipajang untuk dijual di toko.

“Kamu menang lomba? Aku sih bingungnya kenapa kamu bisa teriak segitu kenceng kayak monyet di hutan,” begitu katanya di waktu lain. Aku yang tadinya bangga, malah berubah menjadi malu. Kenangan yang buatku bagus, malah berubah jadi busuk.
Begitulah dia dan teman-temannya. Suka berkerumun, mengobrol sambil menyindir, membuat orang merasa terasing.

Dia dan teman-temannya tidak suka aku. Orang yang lain tahu, melihat, tapi diam saja dan ikut mengasingkan. Mungkin mereka takut mengulurkan tangannya. Takut tertular.
Begitulah realitanya. Sepanjang di sekolah aku menghadapi remaja-remaja yang tidak menganggapku teman. Diberi peran sebagai pohon saat drama. Diminta menari di depan orang-orang, walaupun aku tidak bisa
Aku bukan satu-satunya. Ada beberapa anak lain  yang juga diperlakukan dengan buruk. Sering dicaci maki karena bentuk kepala yang aneh, kacamata yang tebal, atau muka yang berjerawat.
Mungkin beginilah tantangan yang dialami semua orang yang tumbuh dewasa. Aku juga tidak yakin.

Pulang ke rumah, yang kudapat juga ayah-ibu yang berteriak atau saling memukul. Jadi aku harus lari kemana?
.
.
Kukira saat lulus dari sekolah ini akhirnya aku lepas dari mereka. Tapi tidak. Mereka datang ke rumahku dengan alasan ‘silaturahmi’.
Ibuku mengira mereka teman-temanku. Ibuku senang karena dia pikir luka hatiku akan menjadi lebih ringan dengan kedatangan orang-orang itu. Dan aku ingat sekali, bagaimana ibuku memasak makanan sampai lelah, untuk mereka yang memberi neraka padaku setiap hari.
Aku sempat bingung tentang tujuan mereka datang ke rumahku. Tapi akhirnya aku tahu. Mereka mau mencemooh keluargaku yang hancur berantakan. Mereka mau bergunjing lagi tentang hidupku yang jauh dari kesempurnaan. Mereka berfoto, dan aku akan diletakkan di belakang.

Begitulah. Dari mereka aku belajar apa itu teman. Dari orang-orang jahat aku belajar untuk memiliki lingkaran yang sempit dan kecil. Dari pengalaman buruk yang mereka berikan aku belajar membalas dendam.
.
.
Kenapa Tuhan tetap membiarkan orang jahat hidup biasa saja tanpa setiap detiknya memikirkan dampak perbuatan mereka pada orang lain? Kenapa Tuhan membiarkan orang jahat dan mereka yang hanya menonton hidup bebas tanpa perlu meminta maaf?
.
Arina galak sekali, begitu katanya. Iya aku tahu. Tapi apa kamu tahu kalau kamu buruk semuanya, terutama hatimu?

Tuesday, August 1, 2006

At A Glance

 


Kapan ya saya akan punya keberanian untuk mempublikasi cerita ini? Karena, kalau dipublikasi saat saya menulis ini, akan banyak pihak yang sekedar menjadikan ini bahan gosip.

Banyak orang tidak tahu awal mula cerita saya dengan si cinta pertama. Jujur, sebetulnya saya tidak kenal siapa dia sampai salah satu anak perempuan di kelas kami menyebutkan namanya.

I didn’t think much of it then. Betulan, deh. Dan tidak pernah ada niat dari diri saya mau “rebutan” laki-laki dengan anak perempuan lain.

Suatu hari saya ketemu si cinta pertama di fotokopi depan sekolah. Ngobrol kecil tidak sampai 5 menit. Sudah—itu aja. Kami tidak pernah betul-betul berinteraksi lagi sampe pada saat setelah kami jadian.

Saya rasa mulainya di sana ya. Rasa tertarik saya pada remaja laki-laki yang kemana-mana selalu pake jaket dan topi. Mulainya dari pertemuan di fotokopi itu.

Waktu saya menulis ini, kami sudah putus. Alasannya cukup membuat hati saya hancur. Tapi kalo saya bilang sekarang, saya tidak punya bukti apa-apa.

Saya cuma mau berterima kasih karena dia sudah menjaga saya dengan baik selama hubungan kami yang kurang lebih 10 bulan. Terima kasih sudah ikut sedih saat saya cerita soal orang tua saya— Dia mungkin tidak tertarik, tapi saat saya menulis ini, orang tua saya akhirnya sudah resmi bercerai.

Ada insiden dimana ibu saya dipukul sampai memar lagi. Saat itu terjadi, saya sangat ingin cerita ke dia, tapi saya diberi tau kalo si cinta pertama sudah sejak lama bosan sama saya dan berpaling.

Saya menyesali kenyataan bahwa banyak kejadian penting di hidup saya yang biasanya saya ceritakan ke dia tidak bisa saya ceritakan lagi ke siapa-siapa. Tapi, saya tidak menyesali kenyataan bahwa kami pisah.

Cepat atau lambat, ujungnya sama saja. Persiapan saya untuk kuliah pasti membuat kami renggang. Belum lagi dia yang memilih melanjutkan tahun kedua di asrama bikin komunikasi semakin sulit dan dia semakin terpapar dengan godaan-godaan. Kalopun kami putuskan untuk lanjut, pasti akan sulit terus bersama karena saya di kampus sedangkan dia harus mempersiapkan kelulusan di tahun ke3.

It’s extremely saddening, but we’re just not meant to be.

Selamat menjalani hidup kamu tanpa saya, ya.. Maaf selama ini saya sudah banyak bergantung sama kamu. Bahkan bikin kamu dipanggil ke ruang guru! Mulai sekarang, saya akan menavigasi hidup saya yang aneh ini tanpa bantuanmu. Semoga kamu bahagia dengan pilihan-pilihanmu di masa depan. Kapan-kapan, yuk kita ngobrol soal cerita cinta kita dengan jujur.

Adios!