Hampir setiap kali aku menulis karakter yang dikasih nama John, ada satu orang beneran yang aku kenal di masa lalu yang aku jadiin referensi. Personally, di mataku John ini merepresentasikan kisah cinta yang bisa aja kejadian tapi pada akhirnya ngga pernah sampe ke tahap itu. Ide dari karakter John ini didasari dari pertanyaan: what if waktu itu aku lebih terus terang dan lebih berani, rather than memilih getting stuck in my own head tanpa minta klarifikasi langsung. (Meskipun, yah, perlu diakui bahwa I was too young and have too much ego).
A little back story, aku ketemu John pertama kali tuh waktu tes seleksi masuk sekolah. He's a friend of a friend. Jadi tuh dia dulu sempet tinggal di kotaku waktu kecil, tapi karena ayahnya kerja di BUMN dia pindah ke kota lain, terus akhirnya balik lagi buat sekolah di kotaku.
Pertama kali ketemu itu ngga ada kesan spesial apa-apa. He just looked like a nerd. Kurus dan culun. But you know how boys go through puberty and suddenly look hot, kan? Yah, kira-kira gitu lah yang nantinya terjadi sama si John. Dia tuh tiba-tiba jadi ganteng dan populer gitu. Tapi I was so busy with other things in my life dan I don't really care much about him.
Entah faith atau gimana, selama aku satu sekolah sama dia tuh aku sering barengan sama dia. Bukan barengan dalam artian ngobrol atau gimana ya. We're not that close cause I was literally an outsider (that's what they call it). Tapi kita tu sering banget kecemplung di tempat dan kegiatan yang sama.
Still... In the beginning, aku ngga terlalu peduli tentang orang ini. Di mataku dia cuma cowok populer yang rude, childish, arrogant, dan suka nge-bully orang. At that time, I have my own love interest dan segudang personal stuff yang ribet dan miserable yang harus aku pikirin. But, from what I remember, things take a different turn menjelang kelulusan.
Ngga tau gimana ceritanya dan apa alasannya, John mulai sering message aku dan (sepertinya) showing interest terhadap aku setelah kami lulus. Aku agak bingung sih, karena pas di sekolah dulu sepertinya dia menganggap aku cewek aneh yang ngga keren. Honestly, bahkan sampe sekarang aku masih penasaran apa yang ada di pikiran John waktu itu; apa aku yang ke-GR-an atau emang dia lagi usaha deketin aku, hehe.
Long story short, I began to take more interest in him and really considering him as a potential partner. However, there was always a hint of doubt at the back of my mind. Karena kan selama sekolah aku taunya ini orang berengsek... gimana kalo ini cuma one of his games gitu loh.
Teruuussss... saat aku lagi seriously mikir mau take things to another level with him, ada cewek yang ngasih tau aku kalo dia juga sering di-message dan lagi dideketin sama si John.
I was like: I knew it you mf!!! tapi tetep aja sakit yah. Kecewa sih lebih tepatnya. I just thought, maybe, like, just maybe, dia tuh beneran tulus suka sama aku gitu. Apalagi di masa itu yang super duper disastrous dalam hidupku (ortu cerai, kakek meninggal, keluarga bangkrut, hidup berubah 180 derajat). It was a time where I felt so alone and it was actually nice to have him.
Makanya, waktu John akhirnya ngajakin aku nonton bareng berduaan (I assumed he was asking me on a date), I refused. Aku milih untuk menutup semua kemungkinan/ future prospect sama dia. Dan yah, bisa dibilang it all turns out well. Dia dan aku akhirnya membangun keluarga dengan pasangan masing-masing yang emang paling cocok untuk kami masing-masing.
Aku tu nulis ini bukan karena mau nginget-nginget drama masa lalu atau mau selingkuh dari suamiku yaaaa... Aku nulis ini cuma mau menjelaskan cara berpikirku melihat suatu masalah dan prosesku menentukan karakter kalo bikin cerita.
Anyway, setelah tua kayak sekarang, John tumbuh jadi lakik yang baik dan setia (at least itu yang keliatan di medsos-nya). He looks like a great partner and family man. Makanya aku jadi mikir: mungkin dia bukan fuckboy kayak yang dulu aku kira. Makanya juga, kadang aku suka penasaran, sebenernya dulu itu cerita dari sisi dia gimana. Dia beneran deketin aku atau engga. Kalo iya, apa alasannya? Dia waktu itu mau kami pacaran apa engga? Bener ngga dia deketin cewek lain juga? Kalo waktu itu aku mutusin buat dateng nonton berdua sama dia, apa yang akan terjadi (soalnya dia tu juga kan mau pergi sekolah ke luar kota gitu lhooo.... Kalo kami jadian pun emangnya dia pikir ada masa depan di situ?).
I really want to hear his side of the story. Bukan karena apa-apa. Murni karena penasaran aja. I think I can write better stories kalo aku tau sudut pandang dan pemikiran si referensi-karakter ini.
But, you know what, bisa jadi juga waktu itu aku ke-GR-an. Bisa aja emang waktu itu John tertariknya sama Jane dan mereka sebenernya hampir banget jadian. I might unintentionally ruin their chance.
Nah, waktu nulis, biasanya premise-ku itu semacam: kalo waktu itu aku pacaran dengan cowok yang karakternya kayak gitu, apa yang akan terjadi ya? atau ngga, kalo orang kayak aku berakhir dengan cowok kayak John, couple dynamic apa ya yang bakal muncul? kurang lebih gitu lah.
All in all, I believe we end up with the right person. Kayaknya ngga bakal ada orang di dunia ini yang cocok sama aku sebaik suamiku deh. He fits right into my life. Kayaknya aku ngga bakal se-happy ini kalo yang ada di sampingku bukan mas Rizeki (Alhamdulillah).
John juga gitu. He looks good with his spouse and little family. I don't think we'd make a great couple if we ended up together. I love the fact that he looks good in suits, but other than that, I don't think he can tolerate me as well as my husband does.
-Random Piece of History, end-
Btw, nulis ini bikin aku sadar bahwa aku dulu menjalani hidup dengan penakut. Aku ngga bertanya pertanyaan yang penting ditanyakan. Aku ngga ambil kesempatan/kemungkinan hanya karena takut hasilnya bakal melukai aku sendiri. Yah gitu lah... The past me. Hehe.