Recent Posts

Sunday, April 28, 2024

Reservation Only

People never know how amazing I am because I keep the best parts of myself hidden away, reserved for moments only I can cherish. 

The brilliance, the resilience, the dreams too bold to share—they’re mine to hold in quiet solitude. 

I’ve learned that not everyone deserves to see the full extent of my light, so I let them glimpse only what’s necessary. 

The rest remains locked within a secret universe, where I can truly be free, unjudged, and unapologetically whole.

Wednesday, April 24, 2024

Multiple Suicides

I am alive and breathing, but you can never know how many times I’ve killed myself. 

I’ve killed the version of me that perked up with excitement and anticipation. 

I now always prepare for the worst to avoid disappointment. 

I’ve killed that version too—the one who felt disappointed. 

I now simply swallow whatever heart-wrenching truths I’m forced to endure.

I’ve buried them beneath layers of half-hearted smiles and silence, convincing myself it’s better this way.

I've carried them like stones in my chest, heavy yet hollow.

Sunday, April 21, 2024

Never Before, Never Since


Aku memandangi air muka adikku. Telah mengenalnya sejak ia lahir ke bumi ini, mudah sekali kubaca isi pikirannya. Ia ingin pergi dari sini-- dari aku, ibuku, dan situasi sulit yang datang dengan keberadaan kami. Entah sejak kapan status kami berubah dari 'kekuatan' menjadi 'beban' baginya.

Itu tidak apa. Ingin pergi memutus hubungan dari orang yang menyulitkanmu adalah sebuah hal yang manusiawi. Aku memahaminya. Yang aku tidak mengerti, kenapa ia tidak bisa membaca sendiri apa yang sesungguhnya diinginkannya. Yang aku tidak mengerti, kenapa ia uring-uringan seolah-olah ia satu-satunya orang yang tidak bisa membaca isi hati terdalamnya.

Aku paham: adikku hanya ingin bahagia. Ia hanya ingin hidup bergelimang harta dan jauh dari kewajiban mengurusi hidupku dan ibukku. Menurutku itu sesuatu yang wajar-- mengingat seberapa sulit hari-hari yang harus dijalaninya di samping kami.

Meski begitu, aku berharap semoga adikku memahami kesedihanku. Membayangkan seorang adik yang berbagi gen denganku akan pergi jauh-- hidup dan bertumbuh -- ke suatu tempat yang mungkin akan membuat jalan kami (dan keturunan kami) tidak pernah bersilangan lagi.

"Aku pergi dulu, kak," katanya dari depan pintu kamar yang tertutup.

"Oke! Jangan lupa bawa bekal yang sudah kusediakan buatmu," jawabku lirih.